TUGAS ESAI
“Melindungi
Kebudayaan Adalah Sebagai Salah Satu
Bentuk
Nasionalisme”
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Bahasa Indonesia”
Dosen Pengampu : Sri Handari Wahyuningsih, S.E., M.Si.
Disusun Oleh :
RONNY WIJAYA
20150410233
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Melindungi Kebudayaan Adalah
Sebagai Salah Satu
Bentuk Nasionalisme
Nasionalisme merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Hal ini senada dengan pandangan Prof. Sartono Kartodirdjo
yang mengungkapkan bahwa nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Apabila nasionalisme dipahami seperti dijelaskan di atas maka
upaya perlindungan terhadap kebudayaan tradisional sangat relevan dengan
semangat nasionalisme. Hal ini disebabkan karena upaya perlindungan tersebut
merupakan bentuk dari usaha rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan
dan kemerdekaan negaranya sekaligus juga sebagai bukti bahwa rakyat juga
mencintai dan bangga terhadap negara dan bangsanya dengan peduli terhadap hasil
karya dan produk-produknya. Dengan demikian, tidak terasa berlebihan apabila
dikatakan bahwa adanya suatu upaya merevitalisasi perlindungan terhadap
kebudayaan tradisional yang akhir-akhir ini sering diklaim oleh bangsa asing
merupakan wujud rasa nasionalisme rakyat Indonesia. Oleh karenanya upaya
tersebut harus dilakukan secara optimal dengan harapan rasa nasionalisme rakyat
Indonesia akan semakin terpupuk dan meningkat, yang dengannya akan menciptakan
rasa kepemilikan atas dasar cinta yang mendalam terhadap apa saja yang berbau
bangsa dan negara Indonesia tercinta termasuk kebudayaan tradisionalnya.
Dalam perspektif masyarakat China, masalah hari ini adalah peluang
di masa datang. Pandangan ini pun hendaknya menjadi pijakan kita dalam
menyelesaikan bayangan masalah yang potensial timbul dalam usaha menabur benih
nasionalisme konsumen di Indonesia. Generasi digital sebagai garda terdepan
dalam usaha ini, perlu mendesain ulang aksi dan wacananya agar bayangan masalah
tersebut dapat menjadi peluang untuk menancapkan nasionalisme di tubuh konsumen
Indonesia.
Dalam proses ekspansi budaya Indonesia, kita pun memerlukan metode
penyebaran yang tepat. Meskipun kita telah melakukan industrialisasi batik,
namun permintaan batik di luar negeri tidak akan serta merta melonjak karena
pasar harus tertarik lebih dahulu dengan produk batik. Lalu bagaimana kita akan
mempromosikan begitu banyak budaya kita kepada pasar luar negeri? Bahkan untuk
memperkenalkannya saja sudah sulit. Menurut Turner (1984), budaya pop dan media
massa memiliki hubungan simbiotik di mana keduanya saling tergantung dalam
sebuah kolaborasi yang sangat kuat. Kepopuleran suatu budaya sangat bergantung
pada seberapa jauh media massa gencar mengampanyekannya. Begitu pula media
massa hidup dengan cara mengekspos budaya-budaya yang sedang dan akan populer.
Maka kita prioritaskan terlebih dahulu produk-produk budaya yang berkaitan
dengan komunikasi massa. Penulis memilih industri film sebagai langkah awal
ekspansi budaya secara serius. Film yang penulis maksud meliputi film layar
lebar dan sinetron di televisi. Format audio visual memungkinkan film untuk
menarik perhatian lebih besar, menjadikannya efektif dalam komunikasi massa.
Alur cerita akan memudahkan para menonton untuk menangkap maksud film dengan
cara yang menyenangkan, sementara film juga mudah disisipi pesan-pesan
sampingan yang tidak begitu disadari seperti iklan dan propaganda.
Apabila produk-produk budaya yang kita pelopori oleh perfilman
telah berhasil meraih pasar dan menumbuhkan minat terhadap budaya Indonesia di
manca negara, maka tugas berikutnya adalah memelihara dan mengembangkan minat
itu dari sebuah infiltrasi menjadi suatu gelombang budaya Indonesia yang deras.
Pada tahap ini, produk-produk budaya lainnya seperti musik, literatur, hingga
fashion akan berperan penting untuk menarik dan mengikat minat budaya itu lebih
juah dan lebih kokoh lagi. Jika kelompok-kelompok fans telah terbentuk di manca
negara, maka para selebriti Indonesia akan meraih momentumnya untuk go international. Trend-trend yang
berlaku di Indonesia akan turut digandrungi pula di negara-negara yang telah
menerima ekspansi budaya kita. Ini bisa diiringi pula dengan masuknya
produk-produk lain seperti beragam manufaktur yang membawa nama dan gaya hidup
Indonesia. Selangkah demi selangkah, kita menuju hegemoni budaya Indonesia.
Selanjutnya jika saatnya tiba, kita boleh tersenyum melihat budaya Indonesia
berkibar di mana-mana.
Sama halnya dengan Indonesia dalam konteks negara. Indonesia
memiliki potensi meskipun juga terbelit dengan begitu banyak masalah multidimensi.
Kita harus optimis dan berani bermimpi, bahwa kita mampu menjadi negara yang
besar di kemudian hari. Kita tak harus menjadi orang lain untuk menjadi berguna
bagi Indonesia. Salah satu pemikiran yang harus kita punyai adalah think globally, act locally. Misalnya, seorang Lukman bermimpi
menjadikan Jember sebagai Kota Karnaval yang setara dengan Kota Karnaval kelas
dunia dengan menjadikan Rio de Jenairo sebagai pembanding. Pelajaran
selanjutnya adalah forward
looking atau berpikir jauh ke
depan dan merencanakan apa yang akan kita lakukan satu atau tiga bahkan
beberapa tahun ke depan.
Selain itu, pemerintah perlu melakukan terobosan dengan
memberlakukan Hari Budaya Nusantara. Hari di mana tiap-tiap provinsi atau
minimal desa memiliki hari budaya masing-masing yang telah disepakati oleh
perangkai pemerintah setempat. Setiap daerah wajib menggali budaya daerah serta
mentransformasikannya ke dalam sebuah pertunjukkan budaya di daerah tersebut.
Penentuan hari budaya juga tidak sembarangan karena harus memiliki nilai-nilai history serta muatan lokal yang berkembang
di daerah masing-masing.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan
diselenggarakannya Hari Budaya Nusantara bagi pemerintah dan warga setempat.
Pertama, inventarisasi aset budaya bangsa. Dengan hari tersebut, kita bisa
mempatenkan budaya tiap-tiap daerah serta bisa juga membuat database seluruh budaya Indonesia. Jadi, kita
mampu membungkam anggapan bangsa asing bahwa kita mengabaikan budaya kita
sendiri. Kedua, nation
building and character building yang
terwujud. Agenda ini mampu membangkitkan wawasan kebangsaan. Dengan mengetahui
nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam Hari Budaya Nusantara di
tiap-tiap daerah, akan mampu membangkitkan rasa nasionalisme serta mampu
membentuk karakter bangsa yang asli. Orang Indonesia yang rajin, ramah,
telaten, dan beradab akan menjadi cermin bahwa pembangunan budaya juga ikut
andil dalam pembangunan karakter bangsa. Diharapkan dengan ini kita juga bisa
memadukan kearifan lokal nilai-nilai global, sehingga adopsi yang kita lakukan
mampu membentuk budaya dan karakter yang unik dan khas untuk Indonesia. Ketiga,
mengangkat ekonomi masyarakat dan negara. Hari Budaya Nusantara yang berbeda
tiap daerah memungkinkan setiap saat dikunjungi wisatawan domestik maupun
internasional. Secara otomatis akan menambah devisa negara dan menjadi
penghasilan tambahan bagi masyarakatnya. Tidak boleh dilupakan juga perlunya
promosi, pengelolaan serta bantuan pemerintah untuk membantu budaya di
tiap-tiap daerah untuk terlaksana dan berkembang karena hal ini bersifat
mutualisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar